• company.vifxjogja@gmail.com
  • (0274) 2924181
News Photo

Harga Minyak Menguat Tipis, Fokus Pasar pada Kesepakatan Dagang AS–China

Harga minyak dunia mencatat kenaikan ringan pada perdagangan Jumat (31/10/2025), di tengah perhatian pelaku pasar terhadap perkembangan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Penguatan harga terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menurunkan tarif impor terhadap China usai bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Korea Selatan.

Kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik tipis sebesar 0,1% ke level US$ 60,57 per barel.

Dalam kesepakatan berdurasi satu tahun tersebut, Trump menyetujui pemangkasan tarif impor terhadap produk asal China dari 57% menjadi 47%. Sebagai timbal balik, pemerintah China sepakat untuk melanjutkan pembelian kedelai dari AS, menjaga kelancaran ekspor logam tanah jarang (rare earth), serta memperketat pengawasan terhadap perdagangan ilegal fentanyl.

Menurut analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, kesepakatan tersebut lebih dipandang pasar sebagai langkah untuk menurunkan ketegangan (de-eskalasi) hubungan dagang kedua negara, bukan sebagai perubahan struktural yang signifikan.

Sementara itu, dua perusahaan energi global, Shell dan TotalEnergies, melaporkan penurunan laba kuartalan masing-masing sebesar 10% dan 2%, dipicu oleh turunnya harga minyak dunia. Namun, performa Shell tetap lebih baik dari perkiraan karena hasil perdagangan gas yang lebih solid.

Dari sisi kebijakan moneter, Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuannya pada Rabu (29/10/2025) waktu setempat, sejalan dengan ekspektasi pasar. Meski demikian, bank sentral AS mengisyaratkan bahwa langkah pemangkasan tersebut kemungkinan menjadi yang terakhir tahun ini, di tengah risiko gangguan data ekonomi akibat potensi shutdown pemerintahan.

Pemangkasan suku bunga umumnya menekan biaya pinjaman, mendorong aktivitas ekonomi, dan memperkuat prospek permintaan minyak.

“Keputusan The Fed menandai pergeseran kebijakan menuju dukungan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan, yang menjadi katalis positif bagi komoditas yang sensitif terhadap dinamika ekonomi global,” ujar Claudio Galimberti, Kepala Ekonom Rystad Energy, dalam risetnya.

Dari kawasan lain, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BoJ) masih mempertahankan kebijakan suku bunga di level yang sama. Perekonomian zona euro menunjukkan pertumbuhan yang sedikit lebih cepat pada kuartal III-2025, terutama berkat kontribusi positif dari Prancis dan Spanyol yang berhasil menutupi pelemahan ekspor dan sektor industri Jerman.

Namun, di Jerman, Produk Domestik Bruto (PDB) stagnan pada periode yang sama, menandakan bahwa ekonomi terbesar Eropa itu masih berjuang untuk bangkit di tengah lemahnya permintaan global.

Fokus investor kini beralih ke pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada 2 November 2025. Aliansi produsen minyak tersebut diperkirakan akan mengumumkan kenaikan produksi sebesar 137.000 barel per hari (bph) untuk bulan Desember. Sejak awal tahun, delapan negara anggota OPEC+ telah meningkatkan target produksi lebih dari 2,7 juta bph, atau sekitar 2,5% dari total pasokan minyak dunia.

Sementara itu, Arab Saudi melaporkan defisit anggaran sebesar 88,5 miliar riyal (US$ 23,6 miliar) pada kuartal III-2025, naik sekitar 160% dibanding kuartal sebelumnya, disebabkan oleh meningkatnya belanja pemerintah dan melemahnya pendapatan negara, berdasarkan data dari Kementerian Keuangan setempat.

sumber : investor.id

Bagikan Berita Ini

Komentar

Apakah Anda ingin mendapatkan layanan berkualitas kami untuk Investasi?